7 Nov 2011

Sahabat itu Semangat


Sahabat itu Semangat
Karya: Kevin Chandra S


Waktu menunjukan pukul 7 pagi, namun Ian belum juga berangkat sekolah,aku heran sekali kenapa dia belum datang..tiba tiba ''tok tok tok!!'' suara pintu yang sepertinya mau ada orang masuk ke kelas ''ya masuk'' kata Pak Guru,tak di sangka ternyata itu Ian,terilhat dia sangat panik sambil ngos ngos an dia meminta maaf kepada Pak Guru ''Nghh Nghh Maaf pak saya terlambat,saya tadi lupa memakai sabuk.jadinya saya pulang lagi ke rumah'' cukup  kaget aku dengar kata kata itu,soalnya jarak rumah dia ke sekolah sangat jauh..sekitar 1 jam dengan berjalan kaki 'Ya sudah silahkan Duduk'.Ian duduk di sebelahku,sambil mengelap peluh aku bertanya pada Ian 'Heh,apa benar kamu balik ke rumah cuma gara gara sabuk?' 'ssst,diam ya Van!sebenarnya tadi aku itu salah seragam,jadinya aku balik lagi' kata Ian dengan paniknya.'Astaga,kamu masih kecil udah kaya kakek kakek aja..makanya minum baygon!hahaha' candaku 'Kejamnyah kau'.Akhirnya aku dan Ian mengikuti pelajaran seperti biasa,dengan serius dan tekun
'Teeeeeeet Teeeeeeet!' ah suara indah bagiku,ya itulah bel istirahat..dan itu tanda saatnya aku menabung di kantin hahahha 'Ian!yok ke kantin!aku laper nih!' ajaku kepada Ian 'Kamu sih apa yang ngga laper,badan ceking makan banyak!' ledek Ian 'Halah,kaya kamu ngga ceking!yaudah yuk ah,cuss ke kantin' ,sesampainya di kantin,seperti biasa Ian ke tukang Siomay,aku ke Tukang Mpek Mpek. 'Revan!yuk balik ke kelas!' teriaknya 'Tunggu ya!ini bakulnya lagi BM sih!jadinya aku lama di jualinya!' 'Yoi!aku padamu pokoknya hahaha!' .Setelah pempek sudah di tanganku kita balik ke kelas,karena berlari aku terjatuh 'Gedebuk!' untung saja kacamataku ga pecah,dengan sigap Ian langsung menolongku 'Revan Revan kalo jalan itu liat liat,jadi ga nyium lapangan hahaha' kata Pak Tomo yang sedang makan bakso 'hehehe,iya pak' sahutku malu.Kami langsung masuk ke kelas,karena sebentar lagi bel aku dan Ian makanya tergesa gesa,sampai sampai Ian tersedak,lucu sekali mukanya,konyol.
Oh Iya kalian pasti belum kenal sama Ian kan?kenalin nih sahabatku yang paling baik IAN NUR AZIZI tuh namanya,kalo namaku Revan Putra,aku sama Ian sahabatan baru sebentar..tapi entah kenapa aku dan Ian langsung akrab.Ian memang pindahan dari Lampung,karena itu kalau dia ngomong pasti bikin ketawa karena logat yang kental.Ian itu orangnya sangat baik,care,pokoknya ah enak deh di jadiin sahabat!hehehe.
Semuanya berawal dari sini,saat Ian mempunyai seorang pacar,Yap!semenjak itu Ian jadi berubah drastis.Jika seperti biasa Ian selalu sms aku kalau pulang sekolah,sekarang boro boro sms,aku sms aja gak pernah di bales.Aku sangat sedih,melebihi apapun pokoknya.Ian sekarang sudah sangat amat berbeda dari Ian yang ku kenal.Mulai hari itu aku dan Ian seperti ada jarak yang sangat jauh,yang tadinya sangat dekat seperti saudara,sekarang menjadi seperti bintang dengan bumi.Hingga pada akhirnya aku jatuh sakit,ya aku kena Tifus stadium 3.Entah kenapa semenjak kejadiann antara aku dan Ian,aku sering sekali drop,sungguh aku tak kuat untuk menghadai semua ini,dan seperti perkiraanku di saat teman sekelasku menengoku di rumah sakit Ian tak ikut,Ya Tuhan salah apa aku,di saat aku terkapar di rumah sakit sahabatku sendiri tak menengoku,sakit rasanya.Hari demi hari keadaanku semakin melemah,entah seperti apa keadaan tubuhku sekarang, ‘Dok,kapan aku sembuh?’ tanyaku penuh harapan,dengan sabar dokter berkata ‘Sebentar lagi,tenang saja’ walaupun aku sedikit tak percaya dengan kata-kata dokter,paling tidak itu kuanggap sebagai kata kata motivasi untuku.
Hingga pada akhirnya seseorang yang ku tunggu- tunggu datang juga,Ian datang menjenguku dengan membawa bingkisan dia menghampiriku dan bertanya ‘Gimana Van keaadanmu?sudah mendingan kah?’ ‘Ya beginilah keadaanku sekarang’ jawabku lemas ‘Semoga cepat sembuh ya,oh iya,maaf aku baru bisa jenguk aku sibuk belakangan ini’ ‘Oh iya Ian,gapapa kok hehehe’ entah berapa lama aku dan Ian berbincang,perbincangan kami mencangkup semua kenangan indah tentang kami.Akhirnya Ian pun berpamitan untuk pulang.
Setelah kedatangan Ian keadaanku mulai membaik,entah kenapa bisa begini,sampai akhirnya aku sembuh dan di perbolehkan pulang oleh dokter,betapa senangnya hatiku.Setelah itu aku menjalani hidup normal dan bermain lagi bersama sahabatku Ian,dan aku akhirnya bisa memetik hikmah dari semua kejadian ini bahwa Sahabat adalah suatu semangat yang murni.


20 Sep 2011

SENIN GUEH END!!

senin 19 september 2011,hari yg bener bener asik sial!!sial abis!anjrit deh!gue emg bener bener benci hari senin..entah kenapa macam itu,haaah!oke langsung aja ya
kan hari itu ada uhb tuh,nah gue itu belajar mati matian buat uhb..ya gini deh namanya nasib emg ga di bisa di tebak!KAMPRET!nah,pas gue berangkat sekolah..tanpa basa basi gue langsung mantengin jadwal UHB daaaan gue BENER BENER SHOCK!GUE SHOCK ABIS!
pelajaran pertama matematika!astaga alamak macam mana pulsa pula ini!kampret bin monyet deh!banceong abis!sumpah abis itu gue bener bner blank!kaya kertas HVS yg blm di jadiin kertas fotokopi,huuuh haaah huuuh haaah!nah pas ngerjain tuh bener bener KAYA MAU BOKER TAPI DI TAHAN SETENGAH MATI!apaan coba gue blank!lupa rumus dll!OMG T_T AAAAAA!udah deh gue coba lirik kanan kiri!tanya rumus dll!huh!gue pasrrah dapet nilai 0 juga gapapa!kalo bisa sih 5 atau 6 lah...penderitaan gue mulai bertambah pas garap PKN!WOOOY!ITU SOAL BENER BENER BIKIN OTAK TUMPUL!puyeng setengah mati deh gue,cara licik pun mulai gue jalanin,lirik kanan lirik kiri lirik depan lirik belakang,dan akhirnya gue selesaaaaaaai!tereeeeeeetetetetetetet! xD dengan pd nya gue ngumpulin lembar jawaban gue huahahaha,ga ke itung tuh nile sapa aja yyg ada di dalem lembar jawaban gue,selese ngumpulin gue langsung cabut buat   PULANG interview para casis 11/12 hehehehe,kalo kaya gitu gue jadi keliatan keren deh B) nah di sini gue join sama sahabat gue yg paling unyuuuu,baik,cuantixxx,pokoknya pelpek deh~ TIRA AVRILAVGINE kampret pun mulai mendominasi di sini,suatu hal yg gue harap harap in ternyata GAGAL TOTAAAAAAAAL!kampreeeet!monyeeeet!pdahal gue cuma mau tanya ''dek kenapa kamu lebar?'' gitu aja kok u.u lah entut lah,udah ah segini dulu!oh iya gue mau bilang
         SENIN GUEH END!!!SEKALI LAGI
                     SENIN GUEH END!!!

                                                                                                                                                                                                wassalam

@kleponnn

5 Nov 2010

Letusan Gunung Tambora


Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di pulau SumbawaIndonesia. Gunung ini terletak di duakabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8°15' LS dan 118° BT. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya. Hal ini meningkatkan ketinggian Tambora sampai 4.300 m[2] yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung ini. Perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.
Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181. Letusan gunung ini terdengar hingga pulauSumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di KalimantanSulawesiJawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut.[4] Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi. Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.
Selama penggalian arkeologi tahun 2004, tim arkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter pada endapan piroklastik. Artifak-artifak tersebut ditemukan pada posisi yang sama ketika terjadi letusan di tahun 1815. Karena ciri-ciri yang serupa inilah, temuan tersebut sering disebut sebagai Pompeii dari timur.

Letusan tahun 1815

[sunting]Kronologi letusan

Daerah yang diperkirakan terkena abu letusan Tambora tahun 1815. Daerah merah menunjukan ketebalan abu vulkanik. Abu tersebut mencapai pulau Kalimantan dan Sulawesi (ketebalan 1 cm).
Gunung Tambora mengalami ketidakaktifan selama beberapa abad sebelum tahun 1815, dikenal dengan nama gunung berapi "tidur", yang merupakan hasil dari pendinginan hydrous magma di dalam dapur magma yang tertutup.[7] Didalam dapur magma dalam kedalaman sekitar 1,5-4,5 km, larutan padat dari cairan magma bertekanan tinggi terbentuk pada saat pendinginan dan kristalisasi magma. Tekanan di kamar makma sekitar 4-5 kbar muncul dan temperatur sebesar 700 °C-850 °C.[7]
Pada tahun 1812, kaldera gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam.[2] Pada tanggal 5 April 1815, erupsi terjadi, diikuti dengan suara guruh yang terdengar di MakassarSulawesi (380 km dari gunung Tambora), Batavia (kini Jakarta) di pulauJawa (1.260 km dari gunung Tambora), dan Ternate di Maluku (1400 km dari gunung Tambora). Suara guruh ini terdengar sampai ke pulau Sumatera pada tanggal 10-11 April 1815 (lebih dari 2.600 km dari gunung Tambora) yang awalnya dianggap sebagai suara tembakan senapan.[16] Pada pagi hari tanggal 6 April 1815, abu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur dengan suara guruh terdengar sampai tanggal 10 April 1815.
Pada pukul 7:00 malam tanggal 10 April, letusan gunung ini semakin kuat.[2] Tiga lajur api terpancar dan bergabung.[16] Seluruh pegunungan berubah menjadi aliran besar api.[16] Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani pada pukul 8:00 malam, diikuti dengan abu pada pukul 9:00-10:00 malam. Aliran piroklastik panas mengalir turun menuju laut di seluruh sisi semenanjung, memusnahkan desa Tambora. Ledakan besar terdengar sampai sore tanggal 11 April. Abu menyebar sampai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Bau "nitrat" tercium di Batavia dan hujan besar yang disertai dengan abu tefrit jatuh, akhirnya reda antara tangal 11 dan 17 April 1815.[2]
Letusan pertama terdengar di pulau ini pada sore hari tanggal 5 April, mereka menyadarinya setiap seperempat jam, dan terus berlanjut dengan jarak waktu sampai hari selanjutnya. Suaranya, pada contoh pertama, hampir dianggap suara meriam; sangat banyak sehingga sebuah detasemen tentara bergerak dari Djocjocarta, dengan perkiraan bahwa pos terdekat diserang, dan sepanjang pesisir, perahu-perahu dikirimkan pada dua kesempatan dalam pencarian sebuah kapal yang semestinya berada dalam keadaan darurat.
Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala Volcanic Explosivity Index.[17] Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan gunung Krakatau tahun 1883. Diperkirakan 100 km³ piroklastik trakiandesitdikeluarkan, dengan perkiraan massa 1,4×1014 kg.[4] Hal ini meninggalkan kaldera dengan ukuran 6-7 km dan kedalaman 600-700 m.[2] Massa jenis abu yang jatuh di Makassar sebesar 636 kg/m².[18] Sebelum letusan, gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m,[2] salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m.[19]
Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah.[2][4] Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km.[2] Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari. Aliran piroklastik menyebar setidaknya 20 km dari puncak.

[sunting]Akibat

Semua tumbuh-tumbuhan di pulau hancur. Pohon yang tumbang, bercampur dengan abu batu apung masuk ke laut dan membentuk rakit dengan jarak lintas melebihi 5 km .[2] Rakit batu apung lainnya ditemukan di Samudra Hindia, di dekat Kolkata pada tanggal 1 dan 3 Oktober 1815.[4] Awan dengan abu tebal masih menyelimuti puncak pada tanggal 23 April. Ledakan berhenti pada tanggal 15 Juli, walaupun emisi asab masih terlihat pada tanggal 23 Agustus. Api dan gempa susulan dilaporkan terjadi pada bulan Agustus tahun 1819, empat tahun setelah letusan.
Dalam perjalananku menuju bagian barat pulau, aku hampir melewati seluruh Dompo dan banyak bagian dari Bima. Kesengsaraan besar-besaran terhadap penduduk yang berkurang memberikan pukulan hebat terhadap penglihatan. Masih terdapat mayat di jalan dan tanda banyak lainnya telah terkubur: desa hampir sepenuhnya ditinggalkan dan rumah-rumah rubuh, penduduk yang selamat kesulitan mencari makanan.
...
Sejak letusan, diare menyerang warga di Bima, Dompo, dan Sang’ir, yang menyerang jumlah penduduk yang besar. Diduga penduduk minum air yang terkontaminasi abu, dan kuda juga meninggal, dalam jumlah yang besar untuk masalah yang sama.
—Letnan Philips diperintahkan Sir Stamford Raffles untuk pergi keSumbawa.[16]
Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal 10 April, dengan ketinggian di atas 4 m di Sanggar pada pukul 10:00 malam.[2] Tsunami setinggi 1-2 m dilaporkan terjadi di Besuki, Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami setinggi 2 m terjadi di Maluku.
Tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km.[4] Partikel abu jatuh 1 sampai 2 minggu setelah letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun pada ketinggian 10-30 km.[2] Angin bujur menyebarkan partikel tersebut di sekeliling dunia, membuat terjadinya fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat di LondonInggris antara tanggal 28 Juni dan 2 Juli 1815 dan 3 September dan 7 Oktober 1815.[2]Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah di dekat ufuk langit dan ungu atau merah muda di atas.
Jumlah perkiraan kematian bervariasi, tergantung dari sumber yang ada. Zollinger (1855) memperkirakan 10.000 orang meninggal karena aliran piroklastik. Di pulau Sumbawa, terdapat 38.000 kematian karena kelaparan, dan 10.000 lainnya karena penyakit dan kelaparan di pulau Lombok.[20] Petroeschevsky (1949) memperkirakan sekitar 48.000 dan 44.000 orang terbunuh di Sumbawa dan Lombok.[21] Beberapa pengarang menggunakan figur Petroeschevsky, seperti Stothers (1984), yang menyatakan jumlah kematian sebesar 88.000 jiwa.[2] Tanguy (1998) mengklaim figur Petroeschevsky tidak dapat ditemukan dan berdasarkan referensi yang tidak dapat dilacak.[5] Tanguy merevisi jumlah kematian berdasarkan dua sumber, sumber dari Zollinger, yang menghabiskan beberapa bulan di Sumbawa setelah letusan dan catatan Raffles.[16] Tanguy menunjukan bahwa terdapat banyak korban di Bali dan Jawa Timur karena penyakit dan kelaparan. Diperkirakan 11.000 meninggal karena pengaruh gunung berapi langsung dan 49.000 oleh penyakit epidemi dan kelaparan setelah erupsi.[5] Oppenheimer (2003) menyatakan jumlah kematian lebih dari 71.000 jiwa seperti yang terlihat di tabel dibawah.[4]
Perbandingan letusan gunung Tambora dan letusan gunung lainnya
LetusanTahunTinggi asap (km) VEI Perubahan musim panas Belahan bumi utara (°C)Kematian
Taupo181517 ?tidak diketahui
Baekdu969256–7 ? ?
Kuwae1452 ?6−0,5 ?
Huaynaputina1600466−0,8≈1400
Tambora1815437−0,5> 71.000
Krakatau1883256−0,336.600
Santamaría1902346tidak terdapat perubahan7.000-13.000
Katmai1912326−0,42
Gunung St. Helens1980195tidak terdapat perubahan57
El Chichón1982324–5 ?> 2.000
Nevado del Ruiz1985273tidak terdapat perubahan23.000
Pinatubo1991346−0,51202
Sumber: Oppenheimer (2003),[4] dan Smithsonian Global Volcanism Program untuk VEI.[22]

[sunting]Pengaruh global

Jumlah konsentrasi sulfat di inti es dari Tanah Hijau tengah, tarikh tahun dihitung dengan variasiisotop oksigen musiman. Terdapat letusan yang tidak diketahui pada tahun 1810-an. Sumber: Dai (1991).[23]
Letusan gunung Tambora tahun 1815 mengeluarkan sulfur ke stratosfer, menyebabkan penyimpangan iklim global. Metode berbeda telah memperkirakan banyaknya sulfur yang dikeluarkan selama letusan: metode petrologi, sebuah pengukuran berdasarkan pengamatan anatomi, dan metode konsentrasi sulfat inti es, menggunakan es dari Tanah Hijau dan Antartika. Perkiraan beragam tergantung dari metode, antara 10 Tg S hingga 120 Tg S.[4]
Pada musim semi dan musim panas tahun 1816, sebuah kabut kering terlihat di timur laut Amerika Serikat. Kabut tersebut memerahkan dan mengurangi cahaya matahari, seperti bintik pada matahari yang terlihat dengan mata telanjang. Baik angin atau hujan tidak dapat menghilangkan "kabut" tersebut. "Kabut" tersebut diidentifikasikan sebagai kabut aerosol sulfat stratosfer.[4] Pada musim panas tahun 1816, negara di Belahan Utara menderita karena kondisi cuaca yang berubah, disebut sebagai Tahun tanpa musim panas. Temperatur normal dunia berkurang sekitar 0,4-0,7 °C,[2] cukup untuk menyebabkan permasalahan pertanian di dunia. Pada tanggal 4 Juni 1816, cuaca penuh es dilaporkan di Connecticut, dan dan pada hari berikutnya, hampir seluruh New England digenggam oleh dingin. Pada tanggal 6 Juni 1816, salju turun di Albany, New York, dan Dennysville, Maine.[4] Kondisi serupa muncul untuk setidaknya tiga bulan dan menyebabkan gagal panen di Amerika Utara. Kanada mengalami musim panas yang sangat dingin. Salju setebal 30 cm terhimpun didekat Kota Quebec dari tanggal 6 sampai 10 Juni 1816.
1816 adalah tahun terdingin kedua di Belahan Bumi Utara sejak tahun 1400 Masehi, setelah letusan gunung Huaynaputina di Peru tahun 1600.[17] Tahun1810-an adalah dekade terdingin dalam rekor sebagai hasil dari letusan Tambora tahun 1815 dan lainnya menduga letusan terjadi antara tahun 1809 dan tahun 1810. Perubahan temperatur permukaan selama musim panas tahun 18161817 dan tahun 1818 sebesar -0,51, -0,44 dan -0,29 °C,[17] dan juga musim panas yang lebih dingin, bagian dari Eropa mengalami badai salju yang lebih deras.
Perubahan iklim disalahkan sebagai penyebab wabah tifus di Eropa Tenggara dan Laut Tengah bagian timur diantara tahun 1816 dan tahun 1819.[4]Banyak ternak meninggal di New England selama musim dingin tahun 1816-1817. Suhu udara yang dingin dan hujan besar menyebabkan gagal panen diKepulauan Britania. Keluarga-keluarga di Wales mengungsi dan mengemis untuk makanan. Kelaparan merata di Irlandia utara dan barat daya karenagandumhaver dan kentang mengalami gagal panen. Krisis terjadi di Jerman, harga makanan naik dengan tajam. Akibat kenaikan harga yang tidak diketahui menyebabkan terjadinya demonstrasi di depan pasar dan toko roti yang diikuti dengan kerusuhan, pembakaran rumah dan perampokan yang terjadi di banyak kota-kota di Eropa. Ini adalah kelaparan terburuk yang terjadi pada abad ke-19.[4]

[sunting]Bukti arkeologi

Pada musim panas tahun 2004, tim dari Universitas Rhode IslandUniversitas North Carolina di Wilmington, dan direktorat vulkanologi Indonesia, dipimpin oleh Haraldur Sigurdsson, memulai sebuah penggalian arkeologi di gunung Tambora.[6] Setelah enam minggu, tim tersebut menggali bukti adanya kebudayaan yang hilang yang musnah karena letusan gunung Tambora. Situs tersebut terletak 25 km sebelah barat kaldera, di dalam hutam, 5 km dari pantai. Tim tersebut harus melewati endapan batu apung vulkanik dan abu dengan tebal 3 m.
Tim tersebut menggunakan radar penembus tanah untuk mencari lokasi rumah kecil yang terkubur. Mereka menggali kembali rumah dan mereka menemukan sisa dua orang dewasa, dan juga mangkuk perunggu, peralatan besi dan artifak lainnya. Desain dan dekorasi artifak memiliki kesamaan dengan artifak dari Vietnam dan Kamboja.[6] Uji coba dilakukan menggunakan teknik karbonisasi memperjelas bahwa mereka terbentuk dari pensil arang yang dibentuk oleh panas magma. Semua orang, rumah dan kebudayaan dibiarkan seperti saat mereka berada tahun 1815. Sigurdsson menyebut kebudayaan ini sebagai Pompeii dari timur.[24][25] Berdasarkan artifak yang ditemukan, yang mayoritas benda perunggu, tim menyatakan bahwa orang-orang tersebut tidak miskin. Bukti sejarah menunjukan bahwa orang di pulau Sumbawa terkenal di Hindia Timur untuk madukudakayu sepang (caesalpinia sappan), memproduksi dye merah, dan cendana yang digunakan untuk dupadan pengobatan.[6] Daerah ini diketahui produktif dalam bidang pertanian.
Penemua arkeologi memperjelas bahwa terdapat kebudayaan yang hancur karena letusan tahun 1815. Sebutan Kerajaan Tambora yang hilang disebut oleh media.[26][27] Dengan penemuan ini, Sigurdsson bermaksud untuk kembali ke Tambora tahun 2007 untuk mencari sisa desa, dan berharap dapat menemukan istana.[6]

[sunting]Ekosistem

Tim penelitian yang dipimpin oleh ahli botani Swiss, Heinrich Zollinger, tiba di pulau Sumbawa tahun 1847.[28] Misi Zollinger adalah untuk mempelajari letusan dan pengaruhnya terhadap ekosistem lokal. Ia adalah orang pertama yang memanjat ke puncak gunung Tambora setelah letusan gunung tersebut. Gunung tersebut masih tertutup oleh asap. Ketika Zollinger memanjat, kakinya tenggelam beberapa kali melalui kerak permukaan tipis menuju lapisan hangat yang seperti sulfur. Beberapa tumbuh-tumbuhan kembali tumbuh dan beberapa pohon diamati di lereng yang lebih rendah. HutanCasuarina dicatat pada 2.200-2.550 m.[29] Beberapa Imperata cylindrica juga dapat ditemukan.
Penduduk mulai tinggal di gunung Tambora pada tahun 1907. Penanaman kopi dimulai pada tahun 1930-an di lereng bagian barat laut gunung Tambora, di desa Pekat.[30] Hutan hujan yang disebutDuabangga moluccana telah tumbuh dengan ketinggian 1.000-2.800 m.[30] Penanaman tersebut mencakupi daerah seluas 80.000 hektar (800 km²). Hutan hujan ditemukan oleh tim Belanda, dipimpin oleh Koster dan De Voogd tahun 1933.[30] Mereka memulai perjalanan di "daerah hampir tandus, kering dan panas" dan mereka memasuki "hutam hebat" dengan "raksasa hutan yang besar dan megah". Pada ketinggian 1.100 m, mereka memasuki hutan montane. Pada ketinggian 1.800 m , mereka menemukan Dodonaea viscosa yang didominasi oleh pohon Casuarina. Di puncak, mereka menemukan sedikit Anaphalis viscida dan Wahlenbergia.
56 spesies burung ditemukan tahun 1896, termasuk Crested White-eye.[31] 12 spesies lainnya ditemukan pada tahun 1981. Beberapa penelitian ahli ilmu hewan menemukan spesies burung lainnya di gunung, menghasilkan ditemukannya lebih dari 90 spesies burung. Kakatua-kecil Jambul-kuningMurai AsiaTiong EmasAyam hutan Hijau dan Perkici Pelangi diburu untuk dijual dan dipelihara oleh penduduk setempat. Gosong berkaki-jingga diburu untuk dimakan. Eksploitasi burung menyebabkan berkurangnya populasi burung. Yellow-crested Cockatoo hampir punah di pulau Sumbawa.[31]
Sejak tahun 1972, perusahaan penebangan komersial telah beroperasi di daerah ini, yang menyebabkan ancaman terhadap hutan hujan. Perusahaan penebangan memegang izin untuk menebang kayu di daerah seluas 20.000 hektar (200 km²), atau 25% dari jumlah luas daerah.[30] Bagian hutan hujan lainnya digunakan untuk berburu. Di antara tanah berburu dan tanah penebangan, terdapatcagar alam, temat rusakerbaubabi hutankelelawarrubah terbang, dan berbagai spesies reptil dan burung dapat ditemukan.[30]

[sunting]Pengamatan

Populasi Indonesia meningkat dengan cepat sejak letusan tahun 1815. Pada tahun 2006, populasi Indonesia telah mencapai 222 juta jiwa,[32] dan 130 juta penduduk berada di pulau Jawa dan Bali.[33]Sebuah letusan gunung berapi sebesar letusan Tambora tahun 1815 akan menyebabkan kematian yang lebih besar, sehingga aktivitas vulkanik di Indonesia terus diamati, termasuk gunung Tambora.
Aktivitas seismologi di Indonesia diamati oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia. Pos pengamatan untuk gunung Tambora terletak di desa Doro Peti.[34] Mereka memfokuskan aktivitas seismik dan tektonik dengan menggunakan seismometer. Sejak letusan tahun 1880, tidak terdapat peningkatan aktivitas seismik.[35] Pengamatan terus dilakukan di dalam kaldera, terutama di kawah Doro Api Toi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah menegaskan peta mitigasi bahaya gunung Tambora. Dua zona yang dinyatakan adalah zona bahaya dan zona waspada.[34] Zona bahaya adalah daerah yang secara langsung terpengaruh oleh letusan: aliran piroklastik, aliran lava dan jatuhnya piroklastik lainnya. Daerah ini, termasuk kaldera dan sekelilingnya, meliputi daerah seluas 58,7 km². Orang dilarang tinggal di zona berbahaya. Zona waspada termasuk daerah yang mungkin dapat secara langsung terpengaruh oleh letusan: aliran lahar dan batuan apung lainnya. Luas dari daerah waspada sebesar 185 km², termasuk desa Pasanggrahan, Doro Peti, Rao, Labuan Kenanga, Gubu Ponda, Kawindana Toi dan Hoddo. Sungai yang disebut sungai Guwu yang terletak di bagian selatan dan barat laut gunung Tambora juga dimasukan kedalam zona waspada.[34]